Halaman

Minggu, 09 Februari 2014

Vaksinasi DPT (Difteria Pertusis Tetanus)

Vaksinasi DPT ditujukan untuk melindungi seseorang dari penyakit Difteria, Pertusis dan Tetanus.

Difteria

Difteria adalah penyakit akut yang disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae. Infeksi ini ditularkan melalui percikan ludah dan udara pernapasan. Bila seseorang menghirup dan terinfeksi kuman Difteria, maka kuman akan memproduksi toksin (racun) yang akan merusak saluran nafas dan membentuk selaput yang dapat menyumbat jalan nafas. Selain itu racun dari Difteri tersebut dapat mengalir ke seluruh tubuh melalui aliran darah dan menimbulkan komplikasi yang sangat berbahaya pada jantung, saraf dan darah itu sendiri.

Pertusis

Pertusis atau batuk rejan atau batuk seratus hari disebabkan oleh kuman Bordetella pertusis. Sama halnya dengan kuman Difteria, kuman Pertusis juga memproduksi toksin atau racun. Bila toksin Difteria membentuk selaput yang menyumbat saluran napas, toksin Pertusis akan melekat pada bulu getar saluran napas dan melumpuhkan bulu getar tersebut,sehingga aliran lendir (dahak) terganggu dan mengakibatkan penumpukan lendir yang berpotensi menyumbat saluran napas dan radang paru (pneumonia).
Bayi dan anak prasekolah merupakan kelompok risiko terbesar untuk terkena Pertusis dan komplikasinya. Anak dengan kecenderungan (bakat) alergi akan lebih cepat jatuh dalam kondisi perburukan kondisi  bila terserang kuman Pertusis karena mereka secara genetic sudah memiliki kecenderungan mudah berlendir pada saluran napasnya sehingga bila terinfeksi Pertusis maka sumbatan saluran napas akibat lendir pun makin hebat.

Tetanus
Tetanus adalah penyakit yang bersifat akut dan fatal. Penyakit ini disebabkan oleh kuman Clostridium tetani yang memproduksi toksin yang menyerang system saraf. Kuman ini termasuk kuman anaerob, artinya habitat hidupnya adalah dalam lingkungan tanpa oksigen, misalnya pada luka yang tidak terawat, tali pusat bayi yang tidak terinfeksi, infeksi telinga (congek), besi berkarat dan kotoran kuda, domba, anjing, kucing, tikus dan lainnya.
Setelah masuk ke dalam tunuh melalui luka, kuman Tetanus akan menyebar melalui aliran darah dan kelenjar getah bening menuju system saraf, yang berakibat otot terus-menerus berkontraksi dan kaku (spastic). Kontraksi yang tidak terkontrol akan menghabiskan energy dan cairan tubuh sehingga penderita Tetanus akan lemas dan dehidrasi. Akan sangat fatal bila toksin menyerang otot yang mengatur pernapasan.

Jadwal vaksinasi DPT

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian vaksin DPT sebanyak 5 kali, yaitu pada usia 2, 4, 6 dan 18 bulan serta 5 tahun. Sedangkan pada usia 10-12 tahun diberikan ulangan berupa vaksin dT.

Efek samping vaksin DPT

Efek samping DPT yang cukup “terkenal” sekaligus ditakuti oleh para ibu adalah bengkak dan demam tinggi sehingga bayi/anak menjadi sangat rewel bahkan kejang akibat demam yang tinggi. Efek samping yang cukup mengkhawatirkan itu disebabkan oleh komponen toksin Pertusis pada vaksin DPT.

Dewasa ini telah tersedia vaksin DPT dengan efek samping demam yang minimal, yaitu demam yang jarang terjadi dan demam yang ditimbulkan hanya ringan). Namun harga vaksin DPT jenis ini relatif mahal. Meskipun demikian, bila seorang anak mengalami bengka yang cukup hebat dan demam yang tinggi bahkan hingga terjadi kejang, makan untuk vaksinasi DPT berikutnya  disarankan menggunakan DPT yang efek sampingnya minimal. Dalam hal dimana biaya menjadi kendala maka “terpaksa” hanya diberikan vaksin DT yang hanya memberikan perlindungan untuk penyakit Difteria dan Tetanus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar