Vaccination for Toddler and Children…It’s never too late…
Seringkali orangtua berpendapat bahwa anak usia di atas 2 tahun tidak lagi memerlukan vaksinasi karena menganggap daya tahan tubuh anak usia tersebut sudah kuat sehingga sudah mampu bertahan dari infeksi.
Kenyataannya, pada usia di atas 2 tahun anak-anak makin sering beraktivitas di luar rumah, baik mulai bersekolah maupun bepergian/rekreasi. Jelas bahwa kemungkinan mereka akan terpapar kuman, baik itu virus maupun bakteri, akan jauh lebih besar dibanding saat mereka masih berada di dalam rumah.
Di sekolah, mereka akan berkumpul bersama teman-teman, para guru, orangtua dan pengantar murid yang lain. Hampir pasti minimal seorang dari mereka menderita batuk atau pilek. Belum lagi ruangan kelas masa kini hampir selalu tertutup karena menggunakan penyejuk ruangan (air conditioning/AC) sehingga virus atau kuman makin mudah menginfeksi anak yang lain. Semua penyakit infeksi, misalnyai cacar air dan gondongan ditularkan melalui udara pernapasan sebelum gejala penyakit tersebut tampak. Jadi, anak yang sakit cacar air atau gondongan sudah menularkan virus 3-7 hari sebelum bintil-bintil berair pada cacar air dan pipi yang bengkan pada gondongan tampak. Oleh karena itu wajar bila terdapat 1 murid terkena cacr air atau gondongan selalu akan disusul “korban-korban” berikutnya dan akan tersisa murid yang sudah mendapatkan vaksinasi cacar air dan MMR yang lolos dari penularan virus tersebut.
Bila seorang anak terkena infeksi cacar air dan gondongan, maka anak tersebut tidak dapat bersekolah minimal selama 7 hari, bukan hanya karena akan menulari teman-teman dan orang lain di sekolah, namun daya tahan tubuh anak tersebut jelas turun akibat infeksi tersebut sehingga akan jauh lebih mudah terkena infeksi lainnya. Bila anak masih di tingkat KB (kelompok bermain) atau TK (taman kanak-kanak), absen selama 7 hari tidak terlalu berpengaruh. Namun bila si anak sudah di tingkat SD bahkan SMP/SMA, jangankan seminggu, absen sehari saja akan sudah ketinggalan pelajaran yang dewasa ini cukup berat materinya. Bahkan ada beberapa anak yang mendreita sakit tersebut saat ujian akhir semester (UAS).
Jadi dapat dipahami bahwa vaksinasi sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh buah hati kita agar mereka memiliki daya tahan tubuh yang optimal saat mereka berada di dunia luar, dapat beraktivitas dan meraih prestasi yang memuaskan karena terhindar dari absen sekolah yang berkepanjangan.
Beberapa harga vaksinasi memang agak mahal namun jumlah tersebut sangat tidak ada artinya dibanding dengan biaya pengobatan serta kerugian-kerugian lain, termasuk terganggunya proses belajar anak, belum lagi bila penyakit tersebut sudah telanjur menyebabkan komplikasi yang fatal.
Kenyataannya, pada usia di atas 2 tahun anak-anak makin sering beraktivitas di luar rumah, baik mulai bersekolah maupun bepergian/rekreasi. Jelas bahwa kemungkinan mereka akan terpapar kuman, baik itu virus maupun bakteri, akan jauh lebih besar dibanding saat mereka masih berada di dalam rumah.
Di sekolah, mereka akan berkumpul bersama teman-teman, para guru, orangtua dan pengantar murid yang lain. Hampir pasti minimal seorang dari mereka menderita batuk atau pilek. Belum lagi ruangan kelas masa kini hampir selalu tertutup karena menggunakan penyejuk ruangan (air conditioning/AC) sehingga virus atau kuman makin mudah menginfeksi anak yang lain. Semua penyakit infeksi, misalnyai cacar air dan gondongan ditularkan melalui udara pernapasan sebelum gejala penyakit tersebut tampak. Jadi, anak yang sakit cacar air atau gondongan sudah menularkan virus 3-7 hari sebelum bintil-bintil berair pada cacar air dan pipi yang bengkan pada gondongan tampak. Oleh karena itu wajar bila terdapat 1 murid terkena cacr air atau gondongan selalu akan disusul “korban-korban” berikutnya dan akan tersisa murid yang sudah mendapatkan vaksinasi cacar air dan MMR yang lolos dari penularan virus tersebut.
Bila seorang anak terkena infeksi cacar air dan gondongan, maka anak tersebut tidak dapat bersekolah minimal selama 7 hari, bukan hanya karena akan menulari teman-teman dan orang lain di sekolah, namun daya tahan tubuh anak tersebut jelas turun akibat infeksi tersebut sehingga akan jauh lebih mudah terkena infeksi lainnya. Bila anak masih di tingkat KB (kelompok bermain) atau TK (taman kanak-kanak), absen selama 7 hari tidak terlalu berpengaruh. Namun bila si anak sudah di tingkat SD bahkan SMP/SMA, jangankan seminggu, absen sehari saja akan sudah ketinggalan pelajaran yang dewasa ini cukup berat materinya. Bahkan ada beberapa anak yang mendreita sakit tersebut saat ujian akhir semester (UAS).
Jadi dapat dipahami bahwa vaksinasi sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh buah hati kita agar mereka memiliki daya tahan tubuh yang optimal saat mereka berada di dunia luar, dapat beraktivitas dan meraih prestasi yang memuaskan karena terhindar dari absen sekolah yang berkepanjangan.
Beberapa harga vaksinasi memang agak mahal namun jumlah tersebut sangat tidak ada artinya dibanding dengan biaya pengobatan serta kerugian-kerugian lain, termasuk terganggunya proses belajar anak, belum lagi bila penyakit tersebut sudah telanjur menyebabkan komplikasi yang fatal.
Beberapa vaksinasi yang penting untuk anak usia 2 tahun ke atas adalah ;
1. Vaksinasi cacar air (varicella)
Vaksin ini melindungi anak dari virus cacar air (varicella) dan dapat diberikan pada anak usia di atas 12 bulan. Cacar air ditularkan melalui udara pernapasan dan seseorang yang menderita cacar air sudah menyebarkan virus ini 3-7 hari sebelum gejala berupa plenting-plenting berair tampak di kulit. Hal inilah yang menyebabkan orang-orang di sekitarnya tidak menyadari bahwa dirinya telah menghirup virus tersebut dan akhirnya tertular, kecuali mereka yang sudah divaksinasi dan memiliki antibodi terhadap virus tersebut. Anak yang menderita cacar air tidak diperbolehkan pergi ke sekolah sekitar 7-10 hari karena sangat infeksius untuk teman-temannya.
2. Vaksinasi MMR (Mumps – Measles – Rubella)
Vaksinasi MMR merupakan vaksin ulangan untuk campak (measles) dan merupakan vaksin pertama untuk rubella (gabag Jerman) dan gondongan (mumps). Diberikan pada anak usia 15 bulan. Banyak orangtua yang enggan memberikan vaksin ini kepada anaknya karena banyak rumor yang mengatakan bahwa vaksin ini menyebabkan autisme dan kalaupun memberikan vaksin ini maka harus menunggu hingga si anak berusia 3 tahun atau lebih. Pendapat tersebut tidaklah benar. Malah bila seorang anak laki menderita gondongan (mumps) dan saat itu ia juga menderita sakit yang lain sehingga kondisi tubuhnya menurun, maka virus gondongan dapat menyerang testis dan menyebabkan peradangan (orkitis) yang dapat berakibat steril (kemandulan).
3. Vaksinasi Hepatitis A
Virus Hepatitis A ditularkan melalui jalur makanan. Sama seprti penyakit cacar air, seseorang yang menderita penyakit Hepatitis A dapat menularkan virus ini sekitar 3-7 hari sebelum orang tersebut menunjukkan gejala kuning. Virus pada penderita Hepatitis A ditularkan melalui air liur (saling berbagi makanan/minuman) dan tinja/feses melalui air di WC.
Vaksinansi Hepatitis A merupakan salah satu vaksinasi wajib pada anak usia 2 tahun ke atas karena pada usia tersebut anak sudah mulai bersekolah dan menggunakan WC umum di sekolah. Virus Hepatitis A tidak tampak secara kasat mata sehingga anak yang belum divaksinasi dengan sangat mudah tertular virus Hepatitis A dari air dalam WC umum.
Belum ditemukan terapi yang spesifik untuk virus Hepatitis A sedangkan kadar bilirubin (yang ditandai dengan warna kuning) dapat melambung dan meracuni otak dan membuat penderita koma.
4. Vaksinasi Tifoid ( Tiphus)
Sama halnya dengan Hepatitis A, penyakit Tifoid ditularkan melalui jalur makanan. Tidak semua penderita Tifoid dirawat inap. Namun bila rawat jalan pun akan membuat penderita tidak bisa beraktivitas selama 2 minggu, harus bedrest total dengan makanan yang sangat diatur. Bila hal tersebut menimpa anak yang sudah duduk di kelas 1 SD sekalipun, bisa dibayangkan tertinggalnya anak tersebut dalam proses belajar di sekolah. Terlebih lagi bila si anak menderita Tifoid saat ujian akhir.
5. Vaksinasi Influenza
Vaksin Influenza seringkali dianggap sebagai vaksin yang tidak perlu atau hanya “optional”. Seringkali pula orangtua ingin jaminan 100% bahwa anaknya tidak akan batuk pilek lagi setelah divaksin Influenza. Memang tidak ada jaminan bahwa anak tidak akan batuk pilek lagi setelah vaksin Influenza namun bila anak terserang virus influenza maka gejalanya tidak berat, tidak mengganggu aktivitas dan tidak mengganggu makan dan minumnya. Vaksin Influenza direkomendasikan untuk bayi dan anak, lansia dan merekan yang memiliki riwayat alergi, terutama yang memiliki kebiasaan bersin/pilek tiap pagi,bersin/batuk/sesak bila terpapar debu rumah dan atau udara dingin, asma dan sinusitis karena mereka sangat rentan terhadap infeksi virus.
6. Vaksinasi Pneumokokus dan HiB bagi anak yang belum mendapatkannya saat bayi
Vaksinasi Pneumokokus dan HiB (Haemophillus Influenzae B) merupakan vaksinasi untuk mencegah radang selaput otak (meningitis), radang paru (pneumonia), sinusitis dan infeksi telinga/congek (otitis media). Kuman ini ditularkan melalui percikan ludah/bersin dewasa kepada bayi dan anak yang masih lemah daya imunitas tubuhnya. Itulah sebabnya vaksinasi ini sudah diberikan sejak bayi berusia 2 bulan. Namun seringkali orangtua menganggap vaksin ini relatif mahal, apalagi vaksin ini diberikan hingga 4 kali. Namun harus dipahami bahwa risiko bila terinfeksi kuman ini maka komplikasi yang ditimbulkan sangat berat, terutama meningitis yang menyebabkan kelumpuhan dan hilangnya kesadaran bahkan kematian.
Bila seorang anak hingga usia 2 tahun belum mendapatkan vaksinasi Pneumokokus ataupun HiB maka dapat dikejar dengan pemberian 1 kali vaksin tersebut sehingga anak akan terlindungi dari kedua kuman yang sangat infeksius tersebut.
1. Vaksinasi cacar air (varicella)
Vaksin ini melindungi anak dari virus cacar air (varicella) dan dapat diberikan pada anak usia di atas 12 bulan. Cacar air ditularkan melalui udara pernapasan dan seseorang yang menderita cacar air sudah menyebarkan virus ini 3-7 hari sebelum gejala berupa plenting-plenting berair tampak di kulit. Hal inilah yang menyebabkan orang-orang di sekitarnya tidak menyadari bahwa dirinya telah menghirup virus tersebut dan akhirnya tertular, kecuali mereka yang sudah divaksinasi dan memiliki antibodi terhadap virus tersebut. Anak yang menderita cacar air tidak diperbolehkan pergi ke sekolah sekitar 7-10 hari karena sangat infeksius untuk teman-temannya.
2. Vaksinasi MMR (Mumps – Measles – Rubella)
Vaksinasi MMR merupakan vaksin ulangan untuk campak (measles) dan merupakan vaksin pertama untuk rubella (gabag Jerman) dan gondongan (mumps). Diberikan pada anak usia 15 bulan. Banyak orangtua yang enggan memberikan vaksin ini kepada anaknya karena banyak rumor yang mengatakan bahwa vaksin ini menyebabkan autisme dan kalaupun memberikan vaksin ini maka harus menunggu hingga si anak berusia 3 tahun atau lebih. Pendapat tersebut tidaklah benar. Malah bila seorang anak laki menderita gondongan (mumps) dan saat itu ia juga menderita sakit yang lain sehingga kondisi tubuhnya menurun, maka virus gondongan dapat menyerang testis dan menyebabkan peradangan (orkitis) yang dapat berakibat steril (kemandulan).
3. Vaksinasi Hepatitis A
Virus Hepatitis A ditularkan melalui jalur makanan. Sama seprti penyakit cacar air, seseorang yang menderita penyakit Hepatitis A dapat menularkan virus ini sekitar 3-7 hari sebelum orang tersebut menunjukkan gejala kuning. Virus pada penderita Hepatitis A ditularkan melalui air liur (saling berbagi makanan/minuman) dan tinja/feses melalui air di WC.
Vaksinansi Hepatitis A merupakan salah satu vaksinasi wajib pada anak usia 2 tahun ke atas karena pada usia tersebut anak sudah mulai bersekolah dan menggunakan WC umum di sekolah. Virus Hepatitis A tidak tampak secara kasat mata sehingga anak yang belum divaksinasi dengan sangat mudah tertular virus Hepatitis A dari air dalam WC umum.
Belum ditemukan terapi yang spesifik untuk virus Hepatitis A sedangkan kadar bilirubin (yang ditandai dengan warna kuning) dapat melambung dan meracuni otak dan membuat penderita koma.
4. Vaksinasi Tifoid ( Tiphus)
Sama halnya dengan Hepatitis A, penyakit Tifoid ditularkan melalui jalur makanan. Tidak semua penderita Tifoid dirawat inap. Namun bila rawat jalan pun akan membuat penderita tidak bisa beraktivitas selama 2 minggu, harus bedrest total dengan makanan yang sangat diatur. Bila hal tersebut menimpa anak yang sudah duduk di kelas 1 SD sekalipun, bisa dibayangkan tertinggalnya anak tersebut dalam proses belajar di sekolah. Terlebih lagi bila si anak menderita Tifoid saat ujian akhir.
5. Vaksinasi Influenza
Vaksin Influenza seringkali dianggap sebagai vaksin yang tidak perlu atau hanya “optional”. Seringkali pula orangtua ingin jaminan 100% bahwa anaknya tidak akan batuk pilek lagi setelah divaksin Influenza. Memang tidak ada jaminan bahwa anak tidak akan batuk pilek lagi setelah vaksin Influenza namun bila anak terserang virus influenza maka gejalanya tidak berat, tidak mengganggu aktivitas dan tidak mengganggu makan dan minumnya. Vaksin Influenza direkomendasikan untuk bayi dan anak, lansia dan merekan yang memiliki riwayat alergi, terutama yang memiliki kebiasaan bersin/pilek tiap pagi,bersin/batuk/sesak bila terpapar debu rumah dan atau udara dingin, asma dan sinusitis karena mereka sangat rentan terhadap infeksi virus.
6. Vaksinasi Pneumokokus dan HiB bagi anak yang belum mendapatkannya saat bayi
Vaksinasi Pneumokokus dan HiB (Haemophillus Influenzae B) merupakan vaksinasi untuk mencegah radang selaput otak (meningitis), radang paru (pneumonia), sinusitis dan infeksi telinga/congek (otitis media). Kuman ini ditularkan melalui percikan ludah/bersin dewasa kepada bayi dan anak yang masih lemah daya imunitas tubuhnya. Itulah sebabnya vaksinasi ini sudah diberikan sejak bayi berusia 2 bulan. Namun seringkali orangtua menganggap vaksin ini relatif mahal, apalagi vaksin ini diberikan hingga 4 kali. Namun harus dipahami bahwa risiko bila terinfeksi kuman ini maka komplikasi yang ditimbulkan sangat berat, terutama meningitis yang menyebabkan kelumpuhan dan hilangnya kesadaran bahkan kematian.
Bila seorang anak hingga usia 2 tahun belum mendapatkan vaksinasi Pneumokokus ataupun HiB maka dapat dikejar dengan pemberian 1 kali vaksin tersebut sehingga anak akan terlindungi dari kedua kuman yang sangat infeksius tersebut.
Lengkapilah vaksinasi buah hati Anda segera. Jangan sampai penyakit yang fatal menyerangnya. Bekalilah mereka dengan daya imunitas tubuh yang optimal agar mereka dapat bertahan di dunia luar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar