Halaman

Minggu, 09 Februari 2014

Vaksinasi Campak

Vaksinasi campak bertujuan untuk melindungi seseorang dari penyakit campak.

Penyakit campak (gabag/tampek) adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus campak yang sangat menular pada bayi dan anak. Penularan virus ini melalui udara pernapasan, bukan akibat bersentuhan kulit  dengan  kulit penderita campak yang penuh dengan bercak merah.

Penyakit ini ditandai dengan demam tinggi, batuk pilek yang berat, mata merah dan ruam merah seluruh tubuh. Selam bertahun-tahun kejadian penyakit campak telah memakan banyak korban namun masyarakat belum menyadari bahaya yang sesungguhnya. Masyarakat hanya sebatas mengkhawatirkan bercak-bercak merah pada kulit. Mereka tidak memahami dan menyadari komplikasi yang sangat berat akibat penyakit ini. Komplikasi penyakit campak adalah terjadinya radang paru yang berat, diare berulang dan berkepanjangan serta kerusakan otak yang permanen.

Penyakit campak dengan berbagai komplikasinya yang berat sebenarnya dapat dicegah dengan vaksinasi Campak. Vaksinasi campak diberikan pada bayi usia 9 bulan dan diulang 5 tahun kemudian.

Efek samping vaksinasi campak
  •          Demam pada hari ke 4-6 setelah penyuntikan vaksin campak. Demam umumnya ringan dan berlangsung antara 1-2 hari. Meskipun demam ini sangat jarang terjadi namun sebaiknya orangtua tetap memantau suhu bayi pada hari 4-6 setelah vaksinasi.
  •          Ruam atau bercak kemerahan dapat terjadi pada sebagian kecil bayi, biasanya terjadi pada hari ke 7-10 setelah penyuntikan dan berlangsung selama 2-4 hari.

Cara mengatasi efek samping vaksinasi campak
  •          Bila terjadi demam, dapat diberikan obat penurun panas sesuai yang disarankan oleh dokter. Bila demam cukup tinggi dan atau berlangsung lebih dari 2 hari, segera bawa bayi ke dokter untuk memastikan apakah demam tersebut adalah efek samping vaksin campak ataukah ada infeksi lain.
  •          Bila terjadi ruam segera bawa ke dokter, juga untuk memastikan apakah ruam tersebut akibat vaksin campak ataukah akibat infeksi virus lainnya.

Vaksinasi Pneumokokus

Vaksinasi pneumokokus bertujuan untuk melindungi seseorang dari penyakit yang disebabkan oleh kuman pneumokokus.

Pneumokokus dan Haemophillus influenza b merupakan penyebab infeksi saluran napas pada anak. Di Negara berkembang setiap tahun sedikitnya 1 juta anak meninggal akibat infeksi Pneumokokus. Pneumokokus selain merupakan penyebab utama radang paru (pneumonia), juga menyebabkan radang selaput otak (meningitis), infeksi darah (bakteremia), infeksi seluruh tubuh (sepsis), sinusitis,dan  infeksi telinga (congek’an) pada anak usia di bawah 5 tahun terutama di bawah 2 tahun.
Tidak semua kuman pneumokokus berbahaya. Sebagian serotype merupakan kuman yang merupakan flora normal pada saluran napas manusia sedangkan sebagian serotype merupakan serotype yang ganas yang mengakibatkan infeksi yang invasif (invasive pneumococcal disease atau IPD) seperti meningitis, pneumonia dan bakteremia.
Di seluruh dunia sebanyak 10% dari 12 juta kematian balita tiap tahun disenankan oleh infeksi kuman pneumokokus. Sebelum vaksinasi pneumokokus diberlakuka, setiap tahun di Amerika Serikat dilaporkan sebanyak 4 juta anak menderita infeksi telinga (congek/otitis media0, 125.000 anak dengan pneumonia, 2500 anak dengan meningitis dan 30.000 anak dengan sepsis (infeksi seluruh tubuh).

Kelompok risiko terbesar untuk menderita IPD adalah sebagai berikut :
1.       Bayi yang tidak mendapatkan ASI
2.       Sering mengalami infeksi virus pada saluran napas
3.       Sering terpapar asap rokok (perokok pasif)
4.       Dititipkan pada tempat penitipan anak (TPA) atau memiliki saudara yang dititipkan di TPA
5.       Tempat tinggal dengan anggota keluarga yang padat
6.       Anak dengan daya tahan tubuh yang lemah, misal : HIV, penyakit keganasan (kanker), penyakit jantung/ginjal/paru yang kronis

Jadwal vaksin pneumokokus (pneumococcus vaccine atau PCV)

PCV direkomendasikan pada bayi usia 2, 4, 6 bulan dan diulang pada usia di atas 12 bulan.
Bila karena suatu sebab seorang bayi baru bisa mendapatkan PCV pada usia 7-12 bulan maka total PCV yang diberikan adalah 3 kali, bila PCV baru diberikan pada usia 13-24 bulan maka total diberikan 2 dosis sedangkan bila hingga usia 2 tahun anak belum pernah mendapatkan PCV maka PCV yang diberikan hanya 1 kali.
Hal ini sering membuat orangtua beranggapan bahwa lebih praktis bila PCV diberikan setelah anak berusia 2 tahun karena hanya diberikan 1 kali. Pemikiran ini tentui saja kurang tepat mengingat kuman pneumokokus bisa terhirup kapan saja dan bila kuman pneumokokus yang invasif yang menyerang maka infeksi berat akan menyerang anak beserta komplikasinya yang berpotensi mengancam nyawa anak.

Efek samping vaksin pneumokokus

Meskipun harga vaksin pneumokokus relatif mahal, bukan berarti bahwa vaksin ini bebas dari efek samping. Meskipun jarang terjadi namun demam maupun bengkak yang ringan pada lokasi penyuntikan dapat terjadi. Namun baik harga vaksin maupun efek samping ini sangat tidak sebanding dengan akibat yang terjadi bila seorang anak terserang kuman pneumokokus yang ganas.

 Bila terjadi demam dapat diberikan obat penurun panas dan bila terjadi bengkak dapat dilakukan kompres hangat pada paha yang bengkak.

Vaksinasi Hib

Vaksinasi Hib bertujuan untuk melindungi seseorang dari penyakit yang disebabkan oleh kuman Haemophillus influenza tipe b (Hib).

Haemophllus influenzae bukahlah virus influenza, tetapi merupakan suatu bakteri. Terdapat 2 jenis kuman ini yaitu yang berkapsul dan yang tidak berkapsul. Tipe yang tak berkapsul umumnya tidak ganas dan hanya menyebabkan infeksi tenggorok dan infeksi telinga (congek’an). Tipe yang berkapsul terbagi dalam 6 serotipe dari a sampai f. Di antara 6 serotipe terebut, serotipe b (Hib) merupakan serotipe yang paling ganas dan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian pada bayi dan anak usia kurang dari 5 tahun.
Infeksi akibat bakteri Hib menyebabkan radang selaput otak (meningitis), radang paru (pneumonia), infeksi sendi dan jaringan kulit yang luas, serta infeksi sekitar pita suara yang berpotensi menyebabkan kematian.
Risiko tinggi terkena infeksi bakteri ini adalah usia di bawah 5 tahun dan anak yang berada di lingkungan padat, termasuk keluarga besar dalam 1 rumah dan anak yang dititipkan di TPA. Namun semua anak berpotensi terkena infeksi ini karena dewasa ini anak sudah mulai disekolahkan pada usia 3 tahun bahkan lebih dini (kelas kelompok bermain A dan baby class).

Jadwal vaksinasi Hib
·         Vaksinasi Hib diberikan sebanyak 4 kali, yaitu pada usia 2, 4, 6 dan 18 bulan.
·         Bila seorang bayi atau anak terlambat mendapatkan vaksinasi ini maka vaksinasi tetap dapat diberikan (dikejar/catch-up). Demikian pula bayi yang terputus jadwal vaksinasi Hib nya, misal karena sakit atau pindah tempat tinggal, maka vaksinasi tetap dapat dikejar tanpa harus mengulang dari awal.

Efek samping vaksinasi Hib

Hampir tidak pernah terjadi efek samping yang mengganggu, baik berupa demam maupun bengkak pada lokasi penyuntikan. Bila terjadi demam dapat diberikan obat penurun panas dan bila terjadi bengkak dapat dilakukan kompres hangat pada paha yang bengkak.

Vaksinasi DPT (Difteria Pertusis Tetanus)

Vaksinasi DPT ditujukan untuk melindungi seseorang dari penyakit Difteria, Pertusis dan Tetanus.

Difteria

Difteria adalah penyakit akut yang disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae. Infeksi ini ditularkan melalui percikan ludah dan udara pernapasan. Bila seseorang menghirup dan terinfeksi kuman Difteria, maka kuman akan memproduksi toksin (racun) yang akan merusak saluran nafas dan membentuk selaput yang dapat menyumbat jalan nafas. Selain itu racun dari Difteri tersebut dapat mengalir ke seluruh tubuh melalui aliran darah dan menimbulkan komplikasi yang sangat berbahaya pada jantung, saraf dan darah itu sendiri.

Pertusis

Pertusis atau batuk rejan atau batuk seratus hari disebabkan oleh kuman Bordetella pertusis. Sama halnya dengan kuman Difteria, kuman Pertusis juga memproduksi toksin atau racun. Bila toksin Difteria membentuk selaput yang menyumbat saluran napas, toksin Pertusis akan melekat pada bulu getar saluran napas dan melumpuhkan bulu getar tersebut,sehingga aliran lendir (dahak) terganggu dan mengakibatkan penumpukan lendir yang berpotensi menyumbat saluran napas dan radang paru (pneumonia).
Bayi dan anak prasekolah merupakan kelompok risiko terbesar untuk terkena Pertusis dan komplikasinya. Anak dengan kecenderungan (bakat) alergi akan lebih cepat jatuh dalam kondisi perburukan kondisi  bila terserang kuman Pertusis karena mereka secara genetic sudah memiliki kecenderungan mudah berlendir pada saluran napasnya sehingga bila terinfeksi Pertusis maka sumbatan saluran napas akibat lendir pun makin hebat.

Tetanus
Tetanus adalah penyakit yang bersifat akut dan fatal. Penyakit ini disebabkan oleh kuman Clostridium tetani yang memproduksi toksin yang menyerang system saraf. Kuman ini termasuk kuman anaerob, artinya habitat hidupnya adalah dalam lingkungan tanpa oksigen, misalnya pada luka yang tidak terawat, tali pusat bayi yang tidak terinfeksi, infeksi telinga (congek), besi berkarat dan kotoran kuda, domba, anjing, kucing, tikus dan lainnya.
Setelah masuk ke dalam tunuh melalui luka, kuman Tetanus akan menyebar melalui aliran darah dan kelenjar getah bening menuju system saraf, yang berakibat otot terus-menerus berkontraksi dan kaku (spastic). Kontraksi yang tidak terkontrol akan menghabiskan energy dan cairan tubuh sehingga penderita Tetanus akan lemas dan dehidrasi. Akan sangat fatal bila toksin menyerang otot yang mengatur pernapasan.

Jadwal vaksinasi DPT

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian vaksin DPT sebanyak 5 kali, yaitu pada usia 2, 4, 6 dan 18 bulan serta 5 tahun. Sedangkan pada usia 10-12 tahun diberikan ulangan berupa vaksin dT.

Efek samping vaksin DPT

Efek samping DPT yang cukup “terkenal” sekaligus ditakuti oleh para ibu adalah bengkak dan demam tinggi sehingga bayi/anak menjadi sangat rewel bahkan kejang akibat demam yang tinggi. Efek samping yang cukup mengkhawatirkan itu disebabkan oleh komponen toksin Pertusis pada vaksin DPT.

Dewasa ini telah tersedia vaksin DPT dengan efek samping demam yang minimal, yaitu demam yang jarang terjadi dan demam yang ditimbulkan hanya ringan). Namun harga vaksin DPT jenis ini relatif mahal. Meskipun demikian, bila seorang anak mengalami bengka yang cukup hebat dan demam yang tinggi bahkan hingga terjadi kejang, makan untuk vaksinasi DPT berikutnya  disarankan menggunakan DPT yang efek sampingnya minimal. Dalam hal dimana biaya menjadi kendala maka “terpaksa” hanya diberikan vaksin DT yang hanya memberikan perlindungan untuk penyakit Difteria dan Tetanus.

Vaksinasi Polio

Vaksinasi polio bertujuan untuk melindungi seseorang dari penyakit polio (lumpuh layuh).
Penyakit polio disebabkan oleh virus polio. Virus ini sangat menular dan menyebar dari satu orang ke orang lain melalui jalur saluran cerna. Setelah virus tertelan melalui mulut selanjutnya virus akan berkembang biak pada selaput lender tenggorok dan saluran cerna. Virus selanjutnya masuk ke pembuluh darah menuju system saraf pusat hingga menyebabkan kelumpuhan. Virus juga dikeluarkan dan terdapat pada kotoran (tinja).
Terdapat 2 jenis vaksin polio, yaitu vaksin polio oral yang  diteteskan ke dalam mulut dan vaksin polio dalam bentuk suntikan. Vaksin polio oral akan membentuk dan meningkatan imuntas saluran cerna sedangkan vaksin polio injeksi akan membentuk imunitas dalam darah.

Jadwal vaksinasi polio

Vaksin polio diberikan pada bayi baru lahir setelah pulang dari rumah sakit, pada usia 2, 4, 6 dan 18 bulan selanjutnya pada usia 5 dan 10 tahun.

Vaksinasi Hepatitis B

Vaksinasi Hepatitis B ditujukan untuk melindungi seseorang dari penyakit  Hepatitis B.
Hepatitis B adalah keradangan pada hati akibat infeksi virus Hepatitis B. Infeksi Hepatitis B umumnya tidak menunjukkan gejala tetapi sebanyak 80-95% penderita akan menjadi kronis dan dalam 10-20 tahun akan menderita sirois (pengerasan) hati dan kanker hati.
Infeksi ini ditularkan melalui darah (transfusi darah, jarum suntik),hubungan seksual dan melalui tali pusat dari ibu ke bayi yang dikandungnya. Oleh karena itu, kebijakan utama tata laksana infeksi Hepatitis B adalah memotong jalur transmisi sedini mungkin. Vaksinasi Hepatitis B pada bayi baru lahir merupakan upaya paling efektif dalam menurunkan kejadian infeksi ini.
Jadwal imunisasi Hepatitis B
   Imunisasi  Hepatitis B diberikan sebanyak 3 kali.
  • Imunisasi pertama diberikan segera setelah lahir.
  • Imunisasi ke-2 diberikan 1 (satu) bulan setelah imunisasi pertama.
  • Imunisasi ke-3 diberikan 3-5 bulan setelah imunisasi ke-2.

·  Bila terjadi keterlambatan imunisasi, makan imunisasi selanjutnya tetap harus diberikan (dikejar/catch-up).

Efek samping vaksin Hepatitis B
·  Sangat jarang terjadi.
Umumnya hanya berupa reaksi lokal yang ringan di sekitar lokasi penyuntikan dan bersifat sementara. Dapat diatasi dengan memberi kompres hangat pada bagian yang bengkak.
ΓΌ     Kadang-kadang terdapat demam ringan 1-2 hari. Keluhan ini dapat diatasi dengan pemberian obat penurun panas sesuai yang disarankan oleh dokter.

·  Bila terdapat gejala selain bengkak dan demam ringan, sebaiknya anak segera dibawa ke dokter untuk memastikan apakah gejala tersebut disebabkan oleh vaksin Hepatitis B ataukan karena sebab yang lain.

Vaccination

Vaccination for Your Baby…It’s the best gift from you to your sweetheart…


Congratulations Mom for your newborn baby…

Adalah suatu hal yang luar biasa indah dan bahagia untuk menjadi seorang ibu. Segala doa dan harapan terbaik tumpah untuk sang buah hati. Kebahagiaan, kesuksesan dan tentu saja kesehatan.
Vaksinasi adalah salah satu investasi terbaik yang diberikan oleh orangtua kepada anak.  Bila anak terserang penyakit yang berat hingga tidak dapat kembali ke kondisi semula  maka uang dan harta warisan sebesar apapun tidak akan berarti lagi.
Vaksinasi ditujukan untuk melindungi buah hati yang kita cintai dari penyakit yang mematikan. Tidak pernah ada dan tidak pernah dianjurkan vaksin untuk mencegah penyakit panu karena panu tidak mematikan. Namun infeksi otak atau selaput otak (meningoensefalitis) minimal akan menyebabkan si penderita lumpuh seumur hidup dengan tingkat kecerdasan yang menyedihkan.

Berikut ini akan diulas secara ringkas dan praktis jenis-jenis vaksinasi yang direkomendasikan untuk bayi uisa di 0-12 bulan. Sangat dianjurkan bagi orangtua untuk mengetahui suatu vaksin sebelum sang buah hati diberikan vakisnasi tersebut. Sehingga saat melihat anaknya divaksin, tidak ada lagi kengerian dan rasa kasihan melihat anaknya “disakiti” oleh dokter, tetapi sebaliknya, yang ada adalah rasa tenang dan aman karena orangtua (bukan dokter) telah melindungi anaknya dari penyakit yang mematikan.

Sabtu, 08 Februari 2014

Nutrition : Malnutrition

Mengapa anak saya kurus?
Mengapa berat badan anak saya sulit naik?
Dua pertanyaan di atas merupakan 2 kalimat yang sering dilontarkan oleh orangtua, terutama ibu, kepada dokter. Hampir selalu para ibu telah putus asa dengan berat badan anak yang sulit sekali naik. Kalaupun naik, tidak lama kemudian anak sakit dan berat badannya cepat turun, seringkali besar penurunannya lebih besar dibanding kenaikan berat badan yang dicapai. Sehingga seiring dengan pertambahn usia, berat badan anak akan makin menjauhi garis normal pada grafik pertumbuhan bahkan seringkali sudah berada pada garis paling bawah ataupun di bawah garis.
Sebagian besar anak mulai menunjukkan berat badan yang sulit saat memasuki usia 1 tahun. Hal tersebut seringkali oleh orangtua dianggap wajar, dikatakan karena anak sudah banyak geraknya, berjalan, berlari dan melompat. Tidak jarang pula orangtua menganggap anaknya kurus karena dulu mereka pun kurus saat masih kanak-kanak. Setelah beberapa lama berat badan anak tidak pernah bertambah, barulah para orangtua mulai resah. Mereka mulai menyuruh anak untuk banyak makan dan minum susu. Namun hal tersebut tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Bahkan sudah disajikan makanan yang enak sekalipun, anak tetap memilih camilan, permen, dan sejenisnya.
Mengapa ? Karena pada manusia proses makan itu sebenarnya adalah proses belajar. Banyak orangtua yang tidak memahami hal ini. Selain itu, orangtua juga belum memahami jumlah dan jenis makanan apa yang harus diberikan pada anak untuk menghindari si anak mengalami kurang gizi.
Tidak jarang seorang anak minum susu dalam jumlah banyak namun tetap kurus dan sakit-sakitan. Ternyata si anak tersebut menderita alergi susu sapi sehingga tidak bisa menerima susu sapi dan harus menggunakan susu soya. Bahwa gejala alergi susu sapi bukan hanya merah-merah di kulit, itu pun belum banyak dipahami. Orangtua kerapkali menyangkal anaknya alergi susu sapi karena tidak merah-merah di kulit. Hal ini yang menyebabkan kondisi dan fungsi saluran cerna si anak makin parah dan tidak mampu menyerap nutrisi dengan optimal.
Pola BAB (buang air besar) anak juga mencerminkan fungsi saluran cerna anak. Anak yang sering sembelit atau sebaliknya “terlalu rajin” BAB umumnya memiliki pola makan yang kurang baik sehingga mempengaruhi berat badannya. Sembelit dan diare yang berlangsung lebih dari 3 bulan umumnya menunjukkan adanya masalah pada saluran cerna anak dan sangat tidak cukup dengan hanya diobati dengan obat yang berfungsi melunakkan feses (tinja) ataupun mengentalkan diare.
Demikian banyak faktor yang mempengaruhi berat badan anak. Konsultasikan masalah berat badan anak Anda. Berat badan yang optimal pada anak bukan sekadar tentang penampilan, tapi paralel dengan tumbuh kembang, kecerdasan dan daya tahan tubuh anak.
Jangan biarkan masalah berat badan mengganggu tumbuh kembang, kecerdasan serta daya tahan tubuh sang buah hati. Cari dan temukan penyebab berat badan anak Anda tidak sesuai dengan usianya. Solusi dan jalan keluar yang tepat hanya dapat diperoleh melalui analisis yang tepat. Berat badan kurang tidak melulu diatasi dengan vitamin penambah nafsu makan.
Konsultasi Gizi diadakan hari Senin–Sabtu di praktek Jl. Dharmahusada 176 Surabaya.

Toddler Vaccination

Vaccination for Toddler and Children…It’s never too late…

Seringkali orangtua berpendapat bahwa anak usia di atas 2 tahun tidak lagi memerlukan vaksinasi karena menganggap daya tahan tubuh anak usia tersebut sudah kuat sehingga sudah mampu bertahan dari infeksi.
Kenyataannya, pada usia di atas 2 tahun anak-anak makin sering beraktivitas di luar rumah, baik mulai bersekolah maupun bepergian/rekreasi. Jelas bahwa kemungkinan mereka akan terpapar kuman, baik itu virus maupun bakteri, akan jauh lebih besar dibanding saat mereka masih berada di dalam rumah.
Di sekolah, mereka akan berkumpul bersama teman-teman, para guru, orangtua dan pengantar murid yang lain. Hampir pasti minimal seorang dari mereka menderita batuk atau pilek. Belum lagi ruangan kelas masa kini hampir selalu tertutup karena menggunakan penyejuk ruangan (air conditioning/AC) sehingga virus atau kuman makin mudah menginfeksi anak yang lain. Semua penyakit infeksi, misalnyai cacar air dan gondongan ditularkan melalui udara pernapasan sebelum gejala penyakit tersebut tampak. Jadi, anak yang sakit cacar air atau gondongan sudah menularkan virus 3-7 hari sebelum bintil-bintil berair pada cacar air dan pipi yang bengkan pada gondongan tampak. Oleh karena itu wajar bila terdapat 1 murid terkena cacr air atau gondongan selalu akan disusul “korban-korban” berikutnya dan akan tersisa murid yang sudah mendapatkan vaksinasi cacar air dan MMR yang lolos dari penularan virus tersebut.
Bila seorang anak terkena infeksi cacar air dan gondongan, maka anak tersebut tidak dapat bersekolah minimal selama 7 hari, bukan hanya karena akan menulari teman-teman dan orang lain di sekolah, namun daya tahan tubuh anak tersebut jelas turun akibat infeksi tersebut sehingga akan jauh lebih mudah terkena infeksi lainnya. Bila anak masih di tingkat KB (kelompok bermain) atau TK (taman kanak-kanak), absen selama 7 hari tidak terlalu berpengaruh. Namun bila si anak sudah di tingkat SD bahkan SMP/SMA, jangankan seminggu, absen sehari saja akan sudah ketinggalan pelajaran yang dewasa ini cukup berat materinya. Bahkan ada beberapa anak yang mendreita sakit tersebut saat ujian akhir semester (UAS).
Jadi dapat dipahami bahwa vaksinasi sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh buah hati kita agar mereka memiliki daya tahan tubuh yang optimal saat mereka berada di dunia luar, dapat beraktivitas dan meraih prestasi yang memuaskan karena terhindar dari absen sekolah yang berkepanjangan.
Beberapa harga vaksinasi memang agak mahal namun jumlah tersebut sangat tidak ada artinya dibanding dengan biaya pengobatan serta kerugian-kerugian lain, termasuk terganggunya proses belajar anak, belum lagi bila penyakit tersebut sudah telanjur menyebabkan komplikasi yang fatal.
Beberapa vaksinasi yang penting untuk anak usia 2 tahun ke atas adalah ;
1. Vaksinasi cacar air (varicella)
Vaksin ini melindungi anak dari virus cacar air (varicella) dan dapat diberikan pada anak usia di atas 12 bulan. Cacar air ditularkan melalui udara pernapasan dan seseorang yang menderita cacar air sudah menyebarkan virus ini 3-7 hari sebelum gejala berupa plenting-plenting berair tampak di kulit. Hal inilah yang menyebabkan orang-orang di sekitarnya tidak menyadari bahwa dirinya telah menghirup virus tersebut dan akhirnya tertular, kecuali mereka yang sudah divaksinasi dan memiliki antibodi terhadap virus tersebut. Anak yang menderita cacar air tidak diperbolehkan pergi ke sekolah sekitar 7-10 hari karena sangat infeksius untuk teman-temannya.
2. Vaksinasi MMR (Mumps – Measles – Rubella)
Vaksinasi MMR merupakan vaksin ulangan untuk campak (measles) dan merupakan vaksin pertama untuk rubella (gabag Jerman) dan gondongan (mumps). Diberikan pada anak usia 15 bulan. Banyak orangtua yang enggan memberikan vaksin ini kepada anaknya karena banyak rumor yang mengatakan bahwa vaksin ini menyebabkan autisme dan kalaupun memberikan vaksin ini maka harus menunggu hingga si anak berusia 3 tahun atau lebih. Pendapat tersebut tidaklah benar. Malah bila seorang anak laki menderita gondongan (mumps) dan saat itu ia juga menderita sakit yang lain sehingga kondisi tubuhnya menurun, maka virus gondongan dapat menyerang testis dan menyebabkan peradangan (orkitis) yang dapat berakibat steril (kemandulan).
3. Vaksinasi Hepatitis A
Virus Hepatitis A ditularkan melalui jalur makanan. Sama seprti penyakit cacar air, seseorang yang menderita penyakit Hepatitis A dapat menularkan virus ini sekitar 3-7 hari sebelum orang tersebut menunjukkan gejala kuning. Virus pada penderita Hepatitis A ditularkan melalui air liur (saling berbagi makanan/minuman) dan tinja/feses melalui air di WC.
Vaksinansi Hepatitis A merupakan salah satu vaksinasi wajib pada anak usia 2 tahun ke atas karena pada usia tersebut anak sudah mulai bersekolah dan menggunakan WC umum di sekolah. Virus Hepatitis A tidak tampak secara kasat mata sehingga anak yang belum divaksinasi dengan sangat mudah tertular virus Hepatitis A dari air dalam WC umum.
Belum ditemukan terapi yang spesifik untuk virus Hepatitis A sedangkan kadar bilirubin (yang ditandai dengan warna kuning) dapat melambung dan meracuni otak dan membuat penderita koma.
4. Vaksinasi Tifoid ( Tiphus)
Sama halnya dengan Hepatitis A, penyakit Tifoid ditularkan melalui jalur makanan. Tidak semua penderita Tifoid dirawat inap. Namun bila rawat jalan pun akan membuat penderita tidak bisa beraktivitas selama 2 minggu, harus bedrest total dengan makanan yang sangat diatur. Bila hal tersebut menimpa anak yang sudah duduk di kelas 1 SD sekalipun, bisa dibayangkan tertinggalnya anak tersebut dalam proses belajar di sekolah. Terlebih lagi bila si anak menderita Tifoid saat ujian akhir.
5. Vaksinasi Influenza
Vaksin Influenza seringkali dianggap sebagai vaksin yang tidak perlu atau hanya “optional”. Seringkali pula orangtua ingin jaminan 100% bahwa anaknya tidak akan batuk pilek lagi setelah divaksin Influenza. Memang tidak ada jaminan bahwa anak tidak akan batuk pilek lagi setelah vaksin Influenza namun bila anak terserang virus influenza maka gejalanya tidak berat, tidak mengganggu aktivitas dan tidak mengganggu makan dan minumnya. Vaksin Influenza direkomendasikan untuk bayi dan anak, lansia dan merekan yang memiliki riwayat alergi, terutama yang memiliki kebiasaan bersin/pilek tiap pagi,bersin/batuk/sesak bila terpapar debu rumah dan atau udara dingin, asma dan sinusitis karena mereka sangat rentan terhadap infeksi virus.
6. Vaksinasi Pneumokokus dan HiB bagi anak yang belum mendapatkannya saat bayi
Vaksinasi Pneumokokus dan HiB (Haemophillus Influenzae B) merupakan vaksinasi untuk mencegah radang selaput otak (meningitis), radang paru (pneumonia), sinusitis dan infeksi telinga/congek (otitis media). Kuman ini ditularkan melalui percikan ludah/bersin dewasa kepada bayi dan anak yang masih lemah daya imunitas tubuhnya. Itulah sebabnya vaksinasi ini sudah diberikan sejak bayi berusia 2 bulan. Namun seringkali orangtua menganggap vaksin ini relatif mahal, apalagi vaksin ini diberikan hingga 4 kali. Namun harus dipahami bahwa risiko bila terinfeksi kuman ini maka komplikasi yang ditimbulkan sangat berat, terutama meningitis yang menyebabkan kelumpuhan dan hilangnya kesadaran bahkan kematian.
Bila seorang anak hingga usia 2 tahun belum mendapatkan vaksinasi Pneumokokus ataupun HiB maka dapat dikejar dengan pemberian 1 kali vaksin tersebut sehingga anak akan terlindungi dari kedua kuman yang sangat infeksius tersebut.
Lengkapilah vaksinasi buah hati Anda segera. Jangan sampai penyakit yang fatal menyerangnya. Bekalilah mereka dengan daya imunitas tubuh yang optimal agar mereka dapat bertahan di dunia luar.

Nutrition : Obesity

Obesitas pada anak, kebanggaan atau masalah ???
Anak MH, laki-laki usia 7 tahun, berat badan (BB) 64 kg, tinggi badan (TB) 138 cm dan lingkar perut (LP) 101 cm, mengalami sesak napas hebat saat bermain di sekolah. Dari pemeriksaan foto rongten dada dan rekam jantung (EKG) didapatkan hasil yang normal. Namun dari pemeriksaan USG perut didapatkan gambaran perlemakan hati sedangkan dari pemeriksaan darah didapatkan gangguan fungsi hati (SGOT/SGPT yang meningkat) serta kadar kolesterol dan trigeliserida di atas nilai normal. MH memang memiliki kebiasaan makan banyak, baik nasi maupun camilan. Saat tidur selalu mendengkur cukup keras . Dari keluarga memang didapatkan bakat gemuk dari pihak keluarga ibu MH. Ibu MH pernah memberikan obat penurun berat badan berbentuk puyer namun setelah mengkonsumsi obat tersebut dalam 2 minggu, MH merasakan mual, muntah dan penurunan nafsu makan hingga menjadi lemas.Akhirnya puyer tersebut dihentikan dan MH kembali ke kebiasaan makannya yang tidak terkendali. MH lalu diarahkan untuk mengikuti Modifikasi Penatalaksanaan Obesitas pada Anak. Dengan pengaturan pola makan yang sesuai dengan tumbuh kembang anak, dalam waktu 35 minggu, berat badan MH menjadi 54 kg (turun rata-rata 350 gram/minggu) dan lingkar perut 78 cm, tanpa rasa lapar yang menyiksa.
Anak RN, perempuan usia 9,5 tahun, dengan BB 46,5 cm,TB 139 cm dan LP 85 cm, mengalami kejang tanpa demam saat tidur malam. Pemeriksaan CT scan menunjukkan hasil yang normal namun dari pemeriksaan rekam otak (EEG) didapatkan gangguan sehingga RN harus mengkonsumsi obat anti kejang selama 2 tahun. RN juga memiliki kebiasaan makan yang berlebihan serta mendengkur saat tidur. Dari pemeriksaan darah didapatkan kadar kolesterol dan trigeliserida di atas nilai normal. RN lalu menjalani program Modifikasi Penatalaksaan Obesitas pada Anak dan hasilnya setelah 4 bulan BB menjadi 41,5 kg (turun 300 gram/minggu) dengan LP 79 cm.
Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak dalam tubuh secara berlebihan. Dewasa ini obesitas pada anak telah menjadi masalah penting di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang.Terjadinya obesitas dipengaruhi oleh faktor genetik dan Iingkungan, yang menyebabkan ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran energi dalam kurun waktu yang cukup lama. Berat badan ibu saat hamil, berat badan lahir serta berat badan anak hingga usia 1 tahun tidak berhubungan dengan terjadinya obesitas. Namun kegemukan selama masa pra-sekolah, terlebih lagi usia sekolah, merupakan prediktor yang cukup akurat untuk terjadinya kegemukan saat dewasa.
Anak dengan obesitas cenderung memiliki perilaku makan binge eating, yaitu mengkonsumsi makanan dalam jumlah hanyak tanpa henti dan makin menjadi. Selain itu, dengan berkembangnya teknologi maka aktivitas fisik anak makin berkurang baik di rumah maupun di sekolah. Hal tersebut diperparah dengan budaya bangga dari orangtua bila memiliki anak yang gemuk.
Obesitas pada anak bukan merupakan masalah sepele karena berhubungan dengan berbagai komplikasi., antara lain : tingginya kadar lemak darah, hipertensi, diabetes mellitus dini, perlemakan hati, gangguan sendi dan bentuk tulang, terhambatnya aliran darah ke otak akibat timbunan lemak di jalan napas yang ditandai dengan tidur mendengkur, pubertas terlambat, serta masalah psikososial. Terjadinya kejang pada RN sebenarnya diakibatkan terhambatnya aliran oksigen menuju ke otak.
Jelaslah bahwa obesitas pada anak merupakan suatu masalah yang harus mendapatkan perhatian. Karena obesitas sangat berkaitan dengan pola dan kebiasaan makan yang tidak sehat dan dapat berlanjut hingga dewasa yang akhirnya akan sangat sulit dikendalikan. Itulah sebabnya mengapa dewasa ini penyakit-penyakit “orang tua” sudah menimpa mereka yang berusia 30 tahun, seperti : stroke, hipertensi, kencing manis, sakit ginjal, asam urat hingga penyakit jantung koroner. Mereka yang seharusnya produktif dan memiliki anak yang masih kecil sudah menjadi orang cacat.
Penanganan obesitas berbeda dengan dewasa karena anak masih tumbuh dan berkembang. Penggunaan obat dan cara-cara instan yang lazim digunakan oleh orang dewasa tidak dapat diterapkan pada anak. Menangani obesitas pada anak tidak melulu hanya menurunkan berat badan tapi yang terpenting adalah bagaimana anak dengan sadar dan senang hati menjalaninya hingga pada akhirnya dapat mengubah pola makan dan hidupnya menjadi kebiasaan yang sehat.
Konsultasikan masalah berat badan anak Anda yang berlebihan. Bukan semata untuk mencapai berat badan ideal, namun untuk membentuk pola hidup yang sehat dan menghindarkannya dari berbagai penyakit pada usia yang relatif muda.
Konsultasi Gizi diadakan tiap hari (Senin s/d Sabtu) di praktek Jl. Dharmahusada 176 Surabaya.

Allergy

Kenali Alergi dan Buah Hati pun akan Tumbuh Sehat dan Ceria
Anak K, laki-laki usia 5 tahun, menderita batuk selama setahun terakhir. Sekitar 2 minggu setelah obat dari dokter habis, batuknya akan kambuh lagi. Anak K diharuskan pantang makan ayam, telur, seafood, coklat dan es krim. Namun batuknya tetap sering kambuh meskipun sudah tidak mengkonsumsi makanan-makanan tersebut. Setelah K menjalani tes alergi, tampak bahwa hasil yang positif alergi secara bermakna adalah jamur udara. Dan ternyata memang dinding rumahnya banyak yang keropos/pecah-pecah dan basah. Setelah dinding-dinding yang pecah dan lembab itu diperbaiki, batuk anak tersebut mereda secara bermakna. Yang paling menggembirakan adalah si anak kini dapat menikmati makanan-makanan yang selama ini dilarang : udang, ayam, coklat, es krim, keju, dan ternyata anak tersebut tidak batuk setelah mengkonsumsi makanan-makanan tersebut.
Anak J, laki-laki usia 4 tahun dengan berat badan 24 kg, saat usia 8 bulan mulai menunjukkan gejala grok-grok dan berat badan yang sulit bertambah bahkan cenderung turun karena seringnya sakit. Sebelumnya berat badan J sesuai dengan usianya bahkan di atas rata-rata. Dari kedua orangtua didapatkan riwayat alergi. Kedua orangtua J semula tidak dapat menerima bahwa J menderita alergi susu sapi karena J tidak pernah menunjukkan tanda merah-merah ataupun bentol pada kulit. Terlebih lagi saat disarankan agar J mengkonsumsi susu soya. Berbagai pendapat yang mengatakan bahwa kandungan nutrisi susu soya tidak setara dengan susu sapi, susu soya menyebabkan anak laki menjadi “feminim”, rasa susu dan bau soya yang tidak enak, membuat orangtua J keberatan. Namun karena J tampak makin kurus, asupan makanan padat juga minim dan tampak tidak aktif, akhirnya orangtua J mulai memberikan susu soya kepadanya. Berkat pemahaman yang baik, tekad serta ketelatenan dari ibu J, J sedikit demi sedikit mau minum susu soya dan berat badan mulai naik, grok-grok menghilang, dan jarang sakit. Saat sudah berusia 3 tahun, J juga bisa mengkonsumsi kue dan coklat tanpa batuk yang mengganggu. Berat badannya pun baik bahkan mencapai garis paling atas pada kurva pertumbuhan. Saat ini J sudah duduk di kelas TK A dengan kecerdasan yang baik. Seharusnya J sudah bisa beralih ke susu sapi namun ibu J mengatakan J lebih menyukai susu soya dibanding susu sapi. Jadi pendapat bahwa susu soya membuat anak tidak bisa gemuk dan rasanya tidak enak, tidaklah benar.
Alergi didefinisikan sebagai suatu reaksi simpang pada sistem imunitas tubuh dimana terdapat kondisi hipersensitivitas (terlalu sensitif) dari tubuh terhadap suatu zat (baik yang dihirup, ditelan ataupun melalui kontak kulit). Dewasa ini pemahaman terhadap alergi semakin luas dan ternyata banyak penyakit yang berlangsung lama (kronis) ternyata berpangkal pada alergi yang tidak disadari.
Alergi merupakan suatu penyakit yang diturunkan (bersifat genetik) namun ada pula seseorang yang menderita alergi padahal tidak terdapat riwayat alergi dari keluarga. Alergi dapat timbul segera setelah seseorang terpapar alergen (zat yang menyebabkan alergi) namun dapat pula gejala baru tampak setelah beberapa hari, minggu, bahkan beberapa bulan. Hal inilah yang menyebabkan pasien tidak menyadari bahwa suatu zat merupakan penyebb kondisi alerginya.
Gejala alergi dapat tampak pada saluran cerna, saluran napas, kulit, dan terberat dapat menyebabkan gangguan pada sirkulasi darah yang berujung pada kematian. Sehingga sangat perlu diketahui zat yang menyebabkan untuk dapat dilakukan pencegahan karena gejala yang ssat ini ringan tidak selalu menjamin gejala berikutnya tidak berat. Namun pada beberapa kasus, zat yang menyebabkan alergi tidak dapat diidentifikasi dengan tepat bahkan banyak pasien yang sudah pantang berbagai macam makanan pun masih tetap mengalami kekambuhan alerginya. Hal yang seringkali akhirnya menyebabkan frustasi.
Tes alergi dapat membantu mengidentifikasi sehingga kejadian alergi dapat dicegah dan menghindari pencegahan (termasuk pantang makanan) yang tidak perlu. Pantang makanan sangat berpotensi menghambat tumbuh kembang anak dan merenggut indahnya masa kecil seorang anak.
Konsultasikan masalah alergi anak Anda. Temukan penyebabnya. Jangan biarkan alergi menghambat potensi sang buah hati.
Konsultasi dan tes alergi diadakan tiap hari (Senin s/d sabtu) di Jl. Dharmahusada 176 Surabaya.