Alergi merupakan suatu kondisi
dimana tubuh secara berlebihan bereaksi terhadap suatu zat (hipersensitif).
Tubuh individu dengan alergi akan menganggap berbahaya suatu zat yang pada
orang normal tidak berbahaya. Misalnya : seseorang akan mengalami sesak napas
bila mengkonsumsi udang padahal udang tidak berbahaya bagi mereka yang tidak
alergi udang.
Seseorang dengan alergi umumnya
memiliki riwayat keluarga alergi namun pada sebagian kasus (5-15%) dapat pula
tidak memiliki anggota keluarga alergi. Alergi tidak dapat dihilangkan. Alih-alih dihilangkan, riwayat alergi sedikit
banyak akan “diwariskan”pada keturunannya. Alergi tidak dapat dihilangkan namun
dapat dicegah dan dikontrol.
Bila zat yang menyebabkan alergi
diketahui oleh individu yang bersangkutan,maka timbulnya gejala alergi akan
dapat dicegah. Namun tidak jarang penyebab alergi tidak diketahui atau saling
tumpang tindih. Hal ini seringkali menyebabkan gejala alergi terjadi
terus-menerus dan menyebabkan penderita tidak dapat lepas dari obat alergi
bahkan jatuh dalam kondisi frustasi.
Mari kita perhatikan kasus di
bawah ini :
Seorang anak laki-laki usia 5
tahun dibawa ke praktek dengan keluhan batuk berulang sejak usia 2-3 tahun.
Batuk berkurang bila minum obat dan akan timbul kembali setelah obat habis.
Pasien selama ini mengkonsumsi susu formula berbahan kedele (soya) dan hanya
makan daging sapi. Pasien tidak diperbolehkan mengkonsumsi daging ayam, telur,
ikan laut dan makanan laut lain (misalnya udang ). Makanan hampir selalu direbus atau di tim, jarang sekali
digoreng, Untuk camilan pasien hanya boleh makan roti tawar, tidak boleh makan
coklat, es krim, keju. Oleh orangtua, pasien juga sangat jarang bepergian
misalnya ke mal karena seringnya sakit. Namun pasien tetap batuk; hampir tiap
2-4 minggu selalu ke dokter.
Pasien disarankan untuk menjalani
tes alergi. Dari tes alergi didapatkan hasil bahwa pasien tidak menunjukkan
alergi terhadap bahan makanan yang selama ini dihindarinya. Tes positif hanya
terhadap jamur udara dan hasilnya sangat mencolok. Dan ternyata memang dinding
rumah pasien sangat lembab dan hampir seluruh dinding di rumah berjamur akibat
rembesan air.
Orangtua pasien kemudian
memindahkan sementara pasien ke rumah nenek.
Selama “mengungsi” ternyata batuk pasien berkurang secara bermakna. Dan
yang lebih menggembirakan, pasien dapat makan semua makanan yang selama ini
dilarang dan ternyata semua makanan yang dianggap “berbahaya” itu tidak
menyebabkan batuk. Hal ini menyebabkan status gizi pasien bertambah baik dan
pasien dapat menikmati masa kecilnya.
Dari kasus di atas jelaslah bawa
penyebab alergi sedapat mungkin diketahui agar kualitas hidup pasien tidak
terganggu. Terdapat 2 jenis tes alergi, yaitu dengan pemeriksaan darah dan tes
kulit. Tes darah relatif sulit dilakukan pada anak apalagi bayi karena jumlah
darah yang dibutuhkan cukup banyak, selain itu biaya pemeriksaan sangat sangat
mahal.
Tes kulit merupakan tes alergi
yang umum dilakukan pada bayi dan anak. Cara pemeriksaan adalah : pada
lengan diteteskan bahan-bahan yang akan
diuji dan kemudian digores (bukan ditusuk) tanpa perlu berdarah. Dalam waktu 30
menit akan tampak kemerahan pada zat yang menimbulkan alergi pada individu
tersebut.
Keakuratan tes kulit sangat
tergantung pada kualitas bahan yang digunakan. Selain itu perlu digunakan
peralatan yang tidak menakutkan dan menyakitkan anak sehingga tidak menyebabkan
trauma fisik maupun psikis.
Tes alergi merupakan alat diagnostik yang sangat penting. Perlu disadari bahwa dengan tidak diketahuinya
dengan tepat zat yang menimbulkan alergi, hidup dan aktivitas anak akan
terganggu yang selanjutnya akan mengganggu tumbuh kembang anak dan menurunkan
kualitas hidup anak. Anak pun terus-menerus harus mengkonsumsi obat alergi. Hal
ini sangatlah memprihatinkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar