Halaman

Selasa, 16 Desember 2014

Apakah Anak Saya Autis?

Apa yang harus diketahui oleh orangtua?




Bunda, seringkali kita mendengan istilah autis dan sering pula kita mendapatkan informasi yang kurang tepat mengenai autis, antara lain : autis baru dapat diketahui saat anak berusia 3 tahun, autis disebabkan oleh vaksinasi, dan pendapat – pendapat lain yang kurang tepat.
Tahukah Bunda bahwa kita sudah dapat mengantisipasi dan mendeteksi kemungkinan autis sejak bayi berusia 3 bulan?

Tahukah Bunda bahwa bayi pada :

  • Usia 3 bulan sudah mampu menatap wajah
  • Usia 6 bulan sudah mampu mencapai mainan
  • Usia 12 bulan sudah mampu melambaikan tangan
  • Usia 15 bulan sudah mampu bermain bola dengan orang lain
  • Usia 2 tahun sudah mampu menyuapi boneka

Bila buah hati Bunda belum mempu melakukannya, sebaiknya Bunda mewaspadainya dan melakukan pemeriksaan perkembangan buah hati untuk memastikan buah hati tidak berisiko menjadi autis.




Apakah autis (autism) itu ?


Autisme atau autism atau yang umum disebut dengan istilah autis adalah gangguan perkembangan saraf yang ditandai dengan gangguan interaksi sosial, baik verbal maupun non verbal, disertai perilaku yang berulang dan terbatas pada gerakan tertentu. Kedua gejala tersebut harus tampak sebelum anak berusia 3 tahun sedangkan hampir pada seluruh kasus, orangtua baru menyadari buah hati nya autis setelah berusia 3 tahun, umumnya karena belum dapat berbicara dengan lancar.




Bagaimana kemungkinan terjadinya autism pada anak laki-laki dan perempuan ?


Autisme terjadi pada 1-2 dari 1000 anak dan kejadian pada anak laki-laki lebih banyak 5 kali lipat dibandingkan anak perempuan.




Apa yang terjadi pada autisme ?


Autisme tidak sama dengan keterbelakangan mental. Beberapa individu autis justru meiliki kepandaian melebihi mereka yang bukan autis. Yang terjadi pada autis adalah gangguan interaksi sosial dan hidup dalam dunianya sendiri.




Apakah yang menyebabkan terjadinya gangguan interaksi sosial ?


Gangguan interaksi sosial pada autisme disebabkan oleh gangguan pada sel saraf dan  organisasi sistem saraf sehingga mempengaruhi proses pengolahan informasi.


Bagaimana terjadi gangguan pada sel saraf dan sistem saraf belum sepenuhnya diketahui. Faktor genetik merupakan faktor penyebab yang penting namun faktor genetik tersebut sangatlah kompleks dan belum diketahui pula dengan jelas bagaimana faktor genetik menyebabkan autism.

Kelainan pada kromosom berperan penting dalam hal faktor genetik. Terdapat 2 teori tentang kelainan kromosom ini, yaitu terjadi mutasi kromosom (kromosom berubah sifat) atau terjadinya interaksi antara gen dan lingkungan yang sebenarnya tidak mengubah DNA orangtua namun pada anak akan berubah ekspresinya.


Faktor penyebab lain yang cukup penting adalah faktor lingkungan, seperti logam berat dan pestisida. Vaksinansi seringkali dituding sebagai faktor penyebab autism namun telah dibuktikan bahwa hipotesis tersebut tidak masuk akal dan terbukti tidak benar secara ilmiah.

Gangguan interaksi sosial pada autisme juga tampak pada rendahnya intuisi dan perhatian terhadap orang lain di sekitarnya, sehingga sering disebut sebagai  “orang yang hidup di dunianya sendiri”.



Bagaimana tanda dan gejala autisme ?


Interaksi sosial yang janggal mulai semakin tampak jelas pada awal masa kanak-kanak (usia 2-3 tahun), yaitu : respons terhadap stimulus sosial, jarang tersenyum, jarang menatap sesama teman, dan kurang merespons bila namanya dipanggil.

Memasuki masa “toddler” (3-5 tahun) anak-anak autism makin tampak jelas berbeda dengan sebayanya, dengan menunjukkan gejala, antara lain :  
  • minimnya kontak mata dan selalu menghindari tatapan mata
  • kurang berespons secara emosi : tidak suka dipeluk, tidak menunjukkan rasa aman saat dipeluk, senang menyendiri, sulit berteman
  • tidak mampu berkomunikasi secara non-verbal  misalnya tidak mampu menunjuk ke arah sesuatu yang diinginkannya
  • sulit memahami aturan sosial, misal sulit berbaris saat masuk kelas, tidak mengerti harus mengantri  dan tidak mampu duduk tenang saat mengikuti pelajaran. Beberapa data menunjukkan bahwa anak autism seringkali menunjukkan perilaku agresif, merusak dan tantrum (mudah mengamuk)



Bagaimana anak autis berkomunikasi ?


Individu dengan autism umumnya tidak mampu berkomunikasi dengan baik bahkan untuk keperluan hidup sehari-hari. Kejanggalan dalam berkomunikasi ini sudah bisa mulai tampak pada usia 1 tahun berupa keterlambatan babbling (“bababa…papapa…mamama…”). Pada usia 2-3 tahun anak autis jarang sekali berkomunikasi dan kemampuan berbahasanya tidak berkembang (hanya seperti menggumam atau menggeram).


Anak autis jarang mengungkapkan permintaan atupun berbagi pengalaman. Mereka umumnya hanya mengulang kata-kata orang lain atau membalik-balikkan kata sehingga menjadi makin tidak jelas. Saat dewasa pun mereka kurang mampu untuk berkomunikasi dengan pemahaman.



Bagaimana tingkah laku anak autis ?


Gerakan motorik atau tingkah laku anak autis sangat khas, yaitu berupa gerakan dengan pola yang terbatas (itu-itu saja) dan berulang-ulang, misalnya :

  • Selalu menyusun mainannya dalam barisan
  • Menggerakkan anggota tubuh dengan gerakan yang sama berulang-ulang, misalnya : tangan menepuk-nepuk, atau mengguncang-guncangkan badan
  • Tidak suka dengan perubahan, misalnya : marah bila kegiatannya “diganggu”, marah bila ada perabot yang diubah tempat/arahnya, selalu memakai baju yang sama dan makan dengan menu yang sama setiap harinya.
  • Gerakan motorik yang terbatas juga tampak sebagai kesukaan hanya pada mainan atau program televisi tertentu
  • Gerakan yang menyakiti tubuh, misal : meninju mata, kulit, menggigit dan membentur-benturkan kepala
Tidak ada gejala tunggal dari yang tersebut di atas yang spesifik dan dapat memastikan bahwa seorang anak pasti menderita autis namun bila gejala-gejala tersebut bertambah sering dan bertambah parah maka kemungkinan bahwa anak tersebut autis semakin besar.




Autis merupakan suatu abnormalitas dengan spektrum yang sangat luas, mulai abu-abu ringan hingga hitam pekat, artinya derajat ringan beratnya autis sangat bervariasi, mulai sangat ringan hingga sangat berat. Autis yang berat bermanifestasi sebagai anak dengan kontak sosial yang sangat minimal dan gerakan yang tidak terarah. Sedangkan anak dengan autis yang ringan dapat bermanifestasi sebagai anak dengan tingkat intelegensia yang normal, bahkan lebih pandai dari sebayanya, namun minim interaksi sosial, sehingga tampak sebagai anak yang selalu menyendiri dan sulit berteman.


Derajat keparahan tersebut tidak semata-mata ditentukan dari derajat autis yang dibawa sejak lahir namun yang terpenting adalah stimulasi dan latihan secara rutin, terutama stimulasi untuk berinteraksi sosial.


Stimulasi dan latihan seyogyanya tidak menunggu guru atau fisioterapis datang karena mereka hanya datang umumnya hanya 1-2 jam/hari dan maksimal 5 hari/minggu. Yang berperan sangat penting dalam stimulai ini adalah peran anggota keluarga, terutama keluarga inti yaitu : ayah, ibu, kakak dan adik. Mereka seyogyanya sering memeluk, memegang tangan dan mengajak berbicara meskipun apa yang dikatakan oleh anak autis tidak jelas dan sulit dimengerti. Curahan kasih sayang akan dapat dirasakan oleh anak autis dan perlahan tapi pasti akan mampu “menyembuhkan”nya dari kesendiriannya.


Anak autis yang sepanjang hari hanya ditemani oleh pengasuh (yang notabene tidak memiliki kontak batin) akan lebih sulit mencapai kemajuan. Alih-alih mencapai kemajuan, justru kemunduran yang didapat. Ditambah lagi dengan makin maraknya berbagai gadget, yang mana membuat anak makin tenggelam dalam kesendiriannya. Oleh karena itu banyak anak autis yang maik bertambah usia makin sulit dikendalikan tantrumnya. Hal ini seyogyanya diperhatikan oleh orangtua karena bila stimulasi diberikan saat usia dini, di saat otak masih dalam perkembangan pesat, hasilnya akan jauh lebih baik dibanding bila orangtua baru memperhatikan saat usia di atas 5 tahun.


Yang terakhir yang penting adalah bila seorang anak menunjukkan gejala seperti autis, pastikan bahwa anak memiliki pendengaran yang normal karena anak dengan pendengaran yang tidak normal juga sulit berinteraksi dan kemampuan bicaranya pun terbatas karena tidak pernah mendengarkan orang lain berbicara.


Autis dapat dideteksi sejak usia yang sangat dini dan makin cepat stimulaasi diberikan maka anak akan terhindar dari autis yang “sebenarnya”. Beberapa anak autis yang berkat kegigihan orangtuanya terutama saat usia sebelum 3 tahun, sang buah hati sudah dapat bersekolah TK di sekolah umum layaknya anak yang bukan autis.

Deteksi perkembangan dan interaksi sosial diadakan di praktek 
Dharmahusada no 176 Surabaya, 
hari Senin-Sabtu, pagi jam 09.00-12.00 dan sore 18.00-21.00.

Berhubung tes perkembangan membutuhkan waktu yang cukup, 
mohon konfirmasi sebelumnya di 
HP 08569876259 / WA 085785705153 / PIN BB 25f1b04f.