Apa yang harus diketahui oleh orangtua?
Bunda, seringkali kita
mendengan istilah autis dan sering pula kita mendapatkan informasi yang kurang
tepat mengenai autis, antara lain : autis baru dapat diketahui saat anak
berusia 3 tahun, autis disebabkan oleh vaksinasi, dan pendapat – pendapat lain
yang kurang tepat.
Tahukah Bunda bahwa kita sudah dapat
mengantisipasi dan mendeteksi kemungkinan autis sejak bayi berusia 3 bulan?
Tahukah Bunda bahwa bayi pada :
- Usia 3 bulan sudah mampu menatap wajah
- Usia 6 bulan sudah mampu mencapai mainan
- Usia 12 bulan sudah mampu melambaikan tangan
- Usia 15 bulan sudah mampu bermain bola dengan orang lain
- Usia 2 tahun sudah mampu menyuapi boneka
Bila buah hati Bunda belum mempu
melakukannya, sebaiknya Bunda mewaspadainya dan melakukan pemeriksaan
perkembangan buah hati untuk memastikan buah hati tidak berisiko menjadi autis.
Apakah autis (autism) itu ?
Autisme atau autism atau yang
umum disebut dengan istilah autis adalah gangguan perkembangan saraf yang
ditandai dengan gangguan interaksi sosial, baik verbal maupun non verbal,
disertai perilaku yang berulang dan terbatas pada gerakan tertentu. Kedua
gejala tersebut harus tampak sebelum anak berusia 3 tahun sedangkan hampir pada
seluruh kasus, orangtua baru menyadari buah hati nya autis setelah berusia 3
tahun, umumnya karena belum dapat berbicara dengan lancar.
Bagaimana kemungkinan terjadinya autism pada anak laki-laki dan perempuan ?
Autisme terjadi pada 1-2 dari
1000 anak dan kejadian pada anak laki-laki lebih banyak 5 kali lipat dibandingkan
anak perempuan.
Apa yang terjadi pada autisme ?
Autisme tidak sama dengan
keterbelakangan mental. Beberapa individu autis justru meiliki kepandaian
melebihi mereka yang bukan autis. Yang terjadi pada autis adalah gangguan
interaksi sosial dan hidup dalam dunianya sendiri.
Apakah yang menyebabkan terjadinya gangguan interaksi sosial ?
Gangguan interaksi sosial pada
autisme disebabkan oleh gangguan pada sel saraf dan organisasi sistem saraf sehingga mempengaruhi
proses pengolahan informasi.
Bagaimana terjadi gangguan pada
sel saraf dan sistem saraf belum sepenuhnya diketahui. Faktor genetik merupakan
faktor penyebab yang penting namun faktor genetik tersebut sangatlah kompleks
dan belum diketahui pula dengan jelas bagaimana faktor genetik menyebabkan autism.
Kelainan pada kromosom berperan
penting dalam hal faktor genetik. Terdapat 2 teori tentang kelainan kromosom
ini, yaitu terjadi mutasi kromosom (kromosom berubah sifat) atau terjadinya
interaksi antara gen dan lingkungan yang sebenarnya tidak mengubah DNA orangtua
namun pada anak akan berubah ekspresinya.
Faktor penyebab lain yang cukup
penting adalah faktor lingkungan, seperti logam berat dan pestisida. Vaksinansi
seringkali dituding sebagai faktor penyebab autism namun telah dibuktikan bahwa
hipotesis tersebut tidak masuk akal dan terbukti tidak benar secara ilmiah.
Gangguan interaksi sosial pada
autisme juga tampak pada rendahnya intuisi dan perhatian terhadap orang lain di
sekitarnya, sehingga sering disebut sebagai
“orang yang hidup di dunianya sendiri”.
Bagaimana tanda dan gejala autisme ?
Interaksi sosial yang janggal
mulai semakin tampak jelas pada awal masa kanak-kanak (usia 2-3 tahun), yaitu :
respons terhadap stimulus sosial, jarang tersenyum, jarang menatap sesama
teman, dan kurang merespons bila namanya dipanggil.
Memasuki masa “toddler” (3-5 tahun) anak-anak
autism makin tampak jelas berbeda dengan sebayanya, dengan menunjukkan gejala,
antara lain :
- minimnya kontak mata dan selalu menghindari tatapan mata
- kurang berespons secara emosi : tidak suka dipeluk, tidak menunjukkan rasa aman saat dipeluk, senang menyendiri, sulit berteman
- tidak mampu berkomunikasi secara non-verbal misalnya tidak mampu menunjuk ke arah sesuatu yang diinginkannya
- sulit memahami aturan sosial, misal sulit berbaris saat masuk kelas, tidak mengerti harus mengantri dan tidak mampu duduk tenang saat mengikuti pelajaran. Beberapa data menunjukkan bahwa anak autism seringkali menunjukkan perilaku agresif, merusak dan tantrum (mudah mengamuk)
Bagaimana anak autis berkomunikasi ?
Individu dengan autism umumnya
tidak mampu berkomunikasi dengan baik bahkan untuk keperluan hidup sehari-hari.
Kejanggalan dalam berkomunikasi ini sudah bisa mulai tampak pada usia 1 tahun
berupa keterlambatan babbling (“bababa…papapa…mamama…”). Pada usia 2-3 tahun anak
autis jarang sekali berkomunikasi dan kemampuan berbahasanya tidak berkembang
(hanya seperti menggumam atau menggeram).
Anak autis jarang mengungkapkan permintaan
atupun berbagi pengalaman. Mereka umumnya hanya mengulang kata-kata orang lain
atau membalik-balikkan kata sehingga menjadi makin tidak jelas. Saat dewasa pun
mereka kurang mampu untuk berkomunikasi dengan pemahaman.
Bagaimana tingkah laku anak autis ?
Gerakan motorik atau tingkah laku
anak autis sangat khas, yaitu berupa gerakan dengan pola yang terbatas (itu-itu
saja) dan berulang-ulang, misalnya :
- Selalu menyusun mainannya dalam barisan
- Menggerakkan anggota tubuh dengan gerakan yang sama berulang-ulang, misalnya : tangan menepuk-nepuk, atau mengguncang-guncangkan badan
- Tidak suka dengan perubahan, misalnya : marah bila kegiatannya “diganggu”, marah bila ada perabot yang diubah tempat/arahnya, selalu memakai baju yang sama dan makan dengan menu yang sama setiap harinya.
- Gerakan motorik yang terbatas juga tampak sebagai kesukaan hanya pada mainan atau program televisi tertentu
- Gerakan yang menyakiti tubuh, misal : meninju mata, kulit, menggigit dan membentur-benturkan kepala
Tidak ada gejala tunggal dari
yang tersebut di atas yang spesifik dan dapat memastikan bahwa seorang anak
pasti menderita autis namun bila gejala-gejala tersebut bertambah sering dan
bertambah parah maka kemungkinan bahwa anak tersebut autis semakin besar.
Autis merupakan suatu
abnormalitas dengan spektrum yang sangat luas, mulai abu-abu ringan hingga
hitam pekat, artinya derajat ringan beratnya autis sangat bervariasi, mulai
sangat ringan hingga sangat berat. Autis yang berat bermanifestasi sebagai anak
dengan kontak sosial yang sangat minimal dan gerakan yang tidak terarah.
Sedangkan anak dengan autis yang ringan dapat bermanifestasi sebagai anak
dengan tingkat intelegensia yang normal, bahkan lebih pandai dari sebayanya,
namun minim interaksi sosial, sehingga tampak sebagai anak yang selalu
menyendiri dan sulit berteman.
Derajat keparahan tersebut tidak
semata-mata ditentukan dari derajat autis yang dibawa sejak lahir namun yang
terpenting adalah stimulasi dan latihan secara rutin, terutama stimulasi untuk
berinteraksi sosial.
Stimulasi dan latihan seyogyanya
tidak menunggu guru atau fisioterapis datang karena mereka hanya datang umumnya
hanya 1-2 jam/hari dan maksimal 5 hari/minggu. Yang berperan sangat penting
dalam stimulai ini adalah peran anggota keluarga, terutama keluarga inti yaitu
: ayah, ibu, kakak dan adik. Mereka seyogyanya sering memeluk, memegang tangan
dan mengajak berbicara meskipun apa yang dikatakan oleh anak autis tidak jelas
dan sulit dimengerti. Curahan kasih sayang akan dapat dirasakan oleh anak autis
dan perlahan tapi pasti akan mampu “menyembuhkan”nya dari kesendiriannya.
Anak autis yang sepanjang hari
hanya ditemani oleh pengasuh (yang notabene tidak memiliki kontak batin) akan
lebih sulit mencapai kemajuan. Alih-alih mencapai kemajuan, justru kemunduran
yang didapat. Ditambah lagi dengan makin maraknya berbagai gadget, yang mana
membuat anak makin tenggelam dalam kesendiriannya. Oleh karena itu banyak anak
autis yang maik bertambah usia makin sulit dikendalikan tantrumnya. Hal ini
seyogyanya diperhatikan oleh orangtua karena bila stimulasi diberikan saat usia
dini, di saat otak masih dalam perkembangan pesat, hasilnya akan jauh lebih
baik dibanding bila orangtua baru memperhatikan saat usia di atas 5 tahun.
Yang terakhir yang penting adalah
bila seorang anak menunjukkan gejala seperti autis, pastikan bahwa anak
memiliki pendengaran yang normal karena anak dengan pendengaran yang tidak
normal juga sulit berinteraksi dan kemampuan bicaranya pun terbatas karena
tidak pernah mendengarkan orang lain berbicara.
Autis dapat dideteksi sejak usia
yang sangat dini dan makin cepat stimulaasi diberikan maka anak akan terhindar
dari autis yang “sebenarnya”. Beberapa anak autis yang berkat kegigihan
orangtuanya terutama saat usia sebelum 3 tahun, sang buah hati sudah dapat
bersekolah TK di sekolah umum layaknya anak yang bukan autis.
Deteksi perkembangan dan
interaksi sosial diadakan di praktek
Dharmahusada no 176 Surabaya,
hari
Senin-Sabtu, pagi jam 09.00-12.00 dan sore 18.00-21.00.
Berhubung tes perkembangan
membutuhkan waktu yang cukup,
mohon konfirmasi sebelumnya di
HP 08569876259 / WA
085785705153 / PIN BB 25f1b04f.