Halaman

Rabu, 28 Mei 2014

Cedera Kepala pada Bayi & Anak :

Bagaimana penanganannya ?



Cedera kepala merupakan kejadian yang sering terjadi pada bayi dan anak. Sejak bayi dapat merangkak, ia lebih berisiko mengalami cedera kepala, terutama akibat terjatuh dari tempat tidur. Bahkan saat bayi baru bisa tengkurap pun, sudah sering terjadi kepala bayi membentur dinding saat berganti posisi dari telentang ke telungkup. Cedera kepala bukan hanya dapat terjadi akibat “kesalahan” anak, namun dapat pula terjadi cedera kepala saat bayi terjatuh dari gendongan. Dan yang paling sering tidak diketahui oleh orangtua adalah bahwa gerakan mengguncang-guncang bayi atau melempar-lempar bayi ke atas (meskipun dengan maksud untuk becanda) sangat berisiko mengakibatkan cedera pada otak.

Pertanyaan yang selalu disampaikan oleh orangtua kepada dokter adalah “Apakah anak saya tidak apa-apa,dok?”

Seringkali orangtua mengkhawatirkan adanya benjolan, memar atau luka pada kulit kepala. Hal yang perlu diketahui oleh orangtua adalah bahwa yang berbahaya adalah ada tidaknya perdarahan dalam jaringan otak atau kerusakan otak itu sendiri akibat cedera.  Pada bayi/anak yang mengalami guncangan, jelas tidak ada memar atau benjolan di kulit kepala namun perdarahan atau kerusakan jaringan otak  dapat terjadi.

Gangguan atau perdarahan dalam jaringan otak secara obyektif tampak dengan pemeriksaan CT scan kepala. Namun orangtua seyogyanya mengenali dan mencurigai tanda-tanda berikut ini :
  • Anak tidak sadar, dapat perdarahan dalam rongga kepala atau pembengkakan otak akibat guncangan
  • Adanya benjolan atau memar di kepala, baik di sisi depan, atas, belakang maupun samping.
  • Gangguan penglihatan bahkan kebutaan akibat terbenturnya bagian belakang kepala dengan keras,  harus dicurigai bila bayi tidak merespon mainan atau anak menabrak atau terhuyung saat berjalan.
  • Memar pada pelipis atau bengkak pada kelopak mata akibat terbenturnya kepala bagian depan.
  • Kekakuan pada leher dapat disebabkan perdarahan pada selaput otak.
  • Keluarnya cairan atau darah dari lubang hidung atau telinga.


Bawalah anak segera ke UGD rumah sakit bila terdapat tanda-tanda di atas. Di rumah sakit biasanya akan dilakukan pemeriksaan CT scan kepala. Pemeriksaan rontgen kepala biasa tidak direkomendasikan karena tidak dapat memberikan informasi yang akurat.

Bila tidak terdapat tanda-tanda tersebut, anak sebaiknya tetap dibawa ke dokter. Dokter akan memberikan penanggulangan keluhan dan gejala yang tampak saat itu dan cara mengantisipasi dan cara mengenali tanda dan keluhan bila terjadi perburukan. Perlu dipahami oleh orangtua bahwa perdarahan otak tidak harus terjadi segera setelah terjadi cedera kepala. Hal ini disebabkan perdarahan otak dapat terjadi sedikit demi sedikit.

Bagaimana cara mencegah terjadinya cedera kepala ?


Saat seorang bayi mulai dapat miring-miring, sang bayi sudah berhadapan dengan risiko cedera kepala, misalnya terbentur dinding yang membatasi tempat tidur. Seringkali orangtua “menyalahkan” sang anak dengan mengatakan “ Habis anak saya ini hiperaktif,dok… tidak bisa diam…maunya gerak terus…”. Atau mengajukan pembelaan seperti “Soalnya saya kan juga harus bersih-bersih rumah,kalau saya nungguin anak saya terus, kan  tidak bisa bersih-bersih rumah”

Sangat dianjurkan kepada orangtua untuk mengenali tahap-tahap perkembangan motorik sang buah hati karena apa yang sering diartikan sebagai “hiperaktif” itu adalah sesuatu yang normal. Bahwa dunia anak adalah dunia penuh gerak dan bermain. Hanya saja bayi dan anak belum memahami akibat dari cedera kepala dan seringkali belum mengerti cara mencegahnya. Dengan memahami perkembangan motorik anak, orangtua akan dapat melakukan pencegahan agar kemungkinan terjadi cedera kepala dapat diminimalkan. Termasuk pula menyiasati bila sang buah hati tidak setiap saat ada yang mengawasi.

Berikut ini adalah beberapa pencegahan yang dapat dilakukan :


  • Bila bayi sudah dapat berguling, letakkan kasur di bawah tempat tidur.
  • Bila bayi sudah dapat berdiri, berikan pelindung di sekitar tempat tidurnya, misalnya pagar yang melingkar. Atau anak diletakkan di kasur tanpa tempat tidur sehingga bila terjatuh pun tidak akan menyebabkan cedera kepala yang serius.
  • Hindari pemakaian baby-walker tanpa pengawasan karena anak dapat terguling atau membentur dinding bila meluncur terlalu cepat.
  • Jangan biarkan air termasuk air seni berceceran di lantai.
  • Jangan mengguncang-guncang bayi maupun melempar-lempar bayi ke atas meskipun anak tampak senang dan tertawa-tawa.


Semoga ulasan di atas bermanfaat untuk mencegah terjadinya cedera kepala pada buah hati.